untuk kesekian kalinya aku berada pada posisi yang tidak pernah aku bayangkan atau jauh dari keinginan. sesuatu yang tidak aku sukai, bersusah payah mati-matian menghindarinya tak ingin menyentuh sama sekali. tetapi justru kini aku masuk didalamnya, ingin menyerah tetapi akan bertentangan dengan prinsip hidup. karena tak ada kata menyerah dalam kamusku, sulit dan susah itu kata yang selalu aku ucapkan. mengeluh... Tidak.. mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah malah menambah masalah yang ada. yang bisa aku lakukan adalah berusaha dengan ikhlas dan menerima, berusaha menajalaninya dengan sebaik mungkin. berusaha memberi yang terbaik dengan seluruh kemampuan yang dimiliki walaupun dengan jatuh bangun sekalipun. Nasi telah menjadi bubur dan tidak akan berubah menjadi butiran nasi kembali. oleh karena itu be the best, do the best,,
menjaga semangat , pantang menyerah, hidup dengan bahagia.
Duniaku
Jumat, 19 September 2014
Selasa, 16 September 2014
Allah Always beside you
kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai harapan itu hal biasa, karena aku yakin Tuhan tahu apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. bahkan saat kita merasa lemah sekalipun itu slaah satu cara tuhan menunjukkan rasa kasih sayangnya dengan menguji. mungkin memang kasih sayang-Nya ditunjukkan dengan hal yang membuat kita merasa lelah dan ingin menyerah, mungkin dengan hal tersebut Tuhan (Allah SWT) ingin mengetahui seberapa besar iman dan taqwa kita dan seberapa besar kita bisa bersabar. justru disaat kita merasa bahagia itu juga merupakan ujian apakah kita mampu bersyukur atau tidak. Allah tidak menyukai orang yang lemah atau malah kufur terhadap nikmat yang telah diberikan. Saat kita merasa sangat lelah dan menyerah ingatlah tetap selalu berusasaha dan terus berdo.a serta berserah diri. karena hal tersebut akan membuat kita tetap dekat dengan Allah dan senantiasa masih berada di dalam lindungan-Nya.
Keep spirit, Allah Always beside you..
Keep spirit, Allah Always beside you..
Kamis, 11 September 2014
PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SINGLE BUD SINGKONG (Manihot Esculenta)
UNIVERSITAS
JEMBER
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR
LAPORAN
PRAKTIKUM
NAMA : SELVI NURIKA KRISTINA
NIM : 121510501086
GOL/KELOMPOK : B/3
ANGGOTA : 1. RIZA MAISAROH (121510501056)
2. ELSHA TIARA M. (121510501055)
3. ZULIA ASMIN (121510501059)
4. RUKMINI ANITASARI (121510501062)
5. FEBRIAN BEN B. P. (121510501079)
6. ARIE RAHMAWATI (121510501070)
7. MOCH. ICHSAN F. (121510501084)
8. GALUH ADITAMA (121510501083)
JUDUL ACARA : PENGARUH ZAT PENGATUR
TUMBUH
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
SINGLE BUD SINGKONG (Manihot
Esculenta)
TANGGAL PRAKTIKUM : 19 OKTOBER 2013
TANGGAL PENYERAHAN : 21 OKTOBER 2013
ASISTEN : 1. MOH. AMINNUDDIN
2. ASRI RINA H
3. FAJAR FIRMANSYAH
4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
5. KHUSNUL KHOTIMAH
6. NORMA LAILATUN NIKMAH
7. FANDI AHMAD
8. TIRTO WAHYU WIDODO
9. YUSTINA RATNASARI
10. VIDDA RYEND P.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Singkong merupakan tanaman
yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat indonesia dan bahkan sudah
terkenal di seluruh dunia. Negara indonesia berada pada urutan ketiga setelah
Brazil sebagai penghasi singkong terbesar, tanavan singkong memiliki potensi
yang sangat besar dan bermanfaat bagi masyarakat. Singkong adalah salah satu komoditi
pangan yang berperan penting sebagai penyedia pangan mayarakat selain padi,
jagung, kedelai dan lain sebagainya. Tanaman singkong juga berpotensi bagi
perkembangan perekonomian negara Indonesia. Dengan potensi tersebut tidak
diiringi dengan produktivitasnya, produksi singkong terus mengalami penurunan
setiap tahunnya. Penurunan produktivitas singkong tersebut tidka terlepas dari
berbagai faktor yang mepengaruhinya, salah satu penyebab produktivitas singkong
yang rendah yaitu kurang tersedianya bibit unggul yang sudah siap tanam.
Kebanyakan para petani masih menerapkan sistem tradisional dimana hanya dengan memotong
batang singkong saja lalu ditancapkan tanpa adanya perawatan dan penanganan
yang intensif. Dengan mengetahui potensi yang ada pada tanaman singkong
tersebut maka perlu adanya suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Salah satu teknologi
inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman singkong
yaitu dengan menggunakan metode Single
bud. Single bud sendiri merupakan
suatu cara atau teknik budidaya tanaman dengan menggunakan satu mata tunas. Metode
single bud ini hasil adopsi dari Columbia, yang pada awalnya digunakan hanya
pada pembibitan tanaman tebu. Sampai saat ini metode single bud masih belum atau jarang diterapkan pada tanaman
singkong. Metode single bud ini perlu dilakukan sebagai alternatif dalam proses
penyediaan bahan tanam yang baik dan unggul yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas dari tanaman singkong. Untuk mencukupi kebutuhan bahan tanam
singkong tidak cukup hanya dengan mengadopsinya saja, melainkan perlu adanya
perlakukan-perlakuan secara khusus sehingga pengadopsian ini dapat berhasil
dengan baik.
Perlakuan yang
dilakukan bisa dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pengairan, atau
bahkan pemupukan serta perlakuan yang lainnya. Zat pengatur tumbuh diberikan
dengan tujuan agar membantu pertumbuhan dan perkemabngan tanaman secara maksimal.
Salah satu ZPT yang biasa digunakan dalam pembibitan suatu tanaman adalah
Rootone-F. ZPT Rootone-F ini merupakan formulasi dari beberapa zat yang meliputi:
Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA berbentuk bubuk
atau tepung berwaarna putih kotor yang sukar larut pada air. penggunaan ZPT
Rootone-F yaitu untuk mempercepat atau merangsang pembentukan serta perbanyakan
akar yang nantinya diharapkan mampu tumbuh dengan baik dan cepat dalam usaha
penyediaan bahan tanam dalam jumlah besar untuk meningkatkan produktivitas
suatu tanaman singkong. Pada praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian ini
mencoba mengaplikasikan metode single bud dengan diberi Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) single bud.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum berjudul Pengaruh Zat
Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Single bud Singkong (Manihot esculenta) sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui metode pembibitan single bud
2.
Untuk mengetahui zat pengatur tumbuh
Rootone-F terhadap pertumbuhan bibit singkong single bud
3.
Untuk mengetahui konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang efektif dalam pembibitan single bud singkong.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Singkong merupakan
suatu tanaman yang dapat hidup sepnjang tahun di daerah tropis tanaman singkong
juga merupakan tanaman yang mudah beradaptasi tinggi dengan baik dalam berbagai
kondisi tanah ataupun lingkungannya. Jumlah produksi singkong pada tahun 2010
di Indonesia diketahui sebesar 23.908.459 ton dengan luas lahan panen 1.182.604
ha, sedang produksi singkong di Jawa Tengah 3.876.242 ton dengan luas lahan
panen 188.080 ha (BPS Indonesia, 2010 dalam Sandi et al., 2013). Tanaman singkong juga diketahui sebagai pakan ternak
namun pemafaatnannya kurang makssimal hal ini dipengaruhi oleh rendahnya gizi
serta terdpatnya zat anti nutrisi yaitu asam sianida (HCN). Usaha yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dan kandungan gizi protein
serta menghilangkan zat anti nutrisi dilakukan dengan teknologi fermentasi
secara anaerob yang disuplementasi dengan bakteri Leuconontoc mesenteroides (Sandi et al., 2010).
Guilbert et al (1996 dalam S. Denhere dan B.C.
Nyamunda, 2013) menyatakan bahwa tanaman singkong (Manihot esculenta) esensial untuk program diet dan banyak digunakan
oleh masyarakat luas. Di Zimbabwe misalnya tanaman singkong menjadi komoditas
utama yang dikembangkan dan dalam skala yang besar. Namun, tanaman singkong
juga dapat dikembangkan dalam skala yang kecil. Pada singkong terdapat 90%
energi yaitu banyak karbohidrat. Selain itu kandungan proten yang cukup rendah
sekitar 3 % dan lemak 1%.
Zat pengatur tumbuh
kadang kala perlu diberikan untuk mendapatkan produksi atau hasil suatu tanaman
lebih baik. Misalnya saja pada perkembangbiakan yang dilakukan secara vegetatif
baik itu secara stek pucuk maupun stek batang, zat pengatur tumbuh yang biasa
digunakan yaitu untuk menstimulir atau merangsang pertumbuhan akar yaitu ZPT
(Rootone-F) dengan penambahan ZPT ini diharapkan kemampuan berakar akan meningkat
serta presentase hidupnya akan lebih baik ( Supriyanto dan Prakarsa, 2011).
Rootone-F merupakan zat pengatur tumbuh berupa bubuk berwarna putih yang
langsung dapat digunakan juga sebagai pasta yang langsung ditempelkan di bagian
tanaman dimana tanavan tersebut yang akan dirangsang pertumbuhan akarnya
(Ardisela, 2010). Pada dasarnya, tujuan dari pemberian ZPT yaitu untuk mempercepat
pertumbuhan akar dimana diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi seragam dengan
kualitas yang relatif sama. Dalam pemberian zat pengatur tumbuh dapat
disesuaikan dengan jenis dari tanaman itu sendiri, ada tanaman yang mudah tumbuh
walau hanya diberi ZPT sedikit saja. Namun, jika jenis tanaman yang sukar atau
sulit dalam pertumbuhannya maka dosis yang diberikan dapat ditambah atau lebih
tinggi (Ardisela, 2010).
Perbanyakan tanaman
secara vegetatif dapat dilakukan dengan banyak cara diantaranya stek, cangkok,
sambung, menempel dan lain sebagainya. Stek (Cutting atau stuk) adalah menumbuhkan
bagian atau potongan dari suatu tanaman sehingga menjadi tanaman baru, banyak
tipe stek yaitu stek batang, stek akar, stek daun dan lain sebagainya (
Nurwardani, 2008). Dalam perkemabangan tanaman untuk penyediaan bibit
dilakukanb penambahan hormon seperti hormon auksin yang bertindak sebagai
pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar. Pada dasarnya tanaman menghasilkan
hormon sendiri namun dengan hormon yang dihasilkan masih kurang mampu dalam mendorong
pembentukan akar sehingga perlu tambahan hormon dari luat (Nurwardani, 2008).
Ketika akan menanam
tanaman baik itu ubi kayu, ubi jalar, pisang maupun tebu. Yang dilakukan adalah
perbanyakan tanaman secara vegetatif, dengan perbanyak tanaman secara vegetatif
akan dihasilkan sifat-sifat yang sama dengan induknya. Hal tersebut disebabkan
dengan perkembangan secara vegetatif menggunakan prinsip pembelahan secara mitosis.
Dalam pembelahan secara mitosis akan menghasilkan individu baru yang memiliki
sifat-sifat mirip dengan induknya (Siregar et
al., 2008). Dalam mengatur berapa dosis atau komposisi Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) yang akan diberikan perlu dilakukannya menjaga kestabilan dari tunas agar
pemberian hormon dapat sesuai dengan kebutuhan oleh tanaman untuk perkembangan
akarnya (Kasutjianingati et al.,
2011). Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh harus dilakukan secara hati-hati karena
jika tidak akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dapat terhambat jauh dari
harapan. Perlu ada komposisi yang tepat dalam peaplikasiannya (Setiadi, 2006).
Steger and Oosterhuis
(1997 dalam Howard et al., 2009) efek
yang terjadi pada pemberian zat pengatur tumbuh ada yang langsung bisa merespon
ada juga yang lambat menerimanya. Setiap tanaman memiliki respon yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Respon setiap tanaman berbeda satu dengan yang
lainnya ada tanaman yang merespon dengan baik saat diberikan Zat Pengatur tumbuh
ada pula yang terhambat pertumbuhannya. Terhambatnya pertumbuhan tanaman
tersebut dapat disebabkan dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan (
Halmer, 2004 dalam Afzal, 2011).
Auksin merupakan salah
satu hormon atau zat pengatur tumbuh yang memiliki bperan dalam pemanjangan
sel, pembelahan sel, serta pertumuhan dan pembentukan akar (Heddy, 1996 dalam
Gustini et al., 2012). Pruk komersial
yang mengandung hormon auksin yaitu
Rootone-F dimana zat pengatur tumbuh ini mengandung auksin dan fungisida
dan memiliki kandungan NAA,NAD, thyram dan lain sebagainya (Gustini et al., 2012).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian (TIPP)
acara 1 dengan judul “ Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Bibit
Single Bud Singkong (Manihot esculenta)”
dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Dasar, Fakultas Pertanian
Universitas Jember, pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 06.00 – 08.00 WIB.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Gergaji / pisau pemotong
2.
Gelas air mineral
3.
Pipet
4.
Gelas ukur
5.
Beaker glass
6.
Spatula
7.
Handsprayer (alat semprot)
3.2.2
Bahan
1.
Batang Singkong
2.
Rootone- F
3.
Aquades
4.
Media tanam (Pasir, kompos, tanah)
3.3
Cara
Kerja
1.
Menyiapkan alat dan bahan
2.
Memilih bahan tanam (batang singkong)
yang memiliki kualitas tinggi
3.
Memotong batang singkong (dengan panjang
masing-masing 1 cm) diantara mata tunas
4.
Mencelupkan/ merendam batang singkong
yang telah dipotong tersebut ke dalam larutan Rootone-F ( konsentrasi 100 ppm
dan 300 ppm) masing-masing membuat 5 kali ulangan. Sebagai pembanding membuat
kontrol (tanpa perlakuan Rootone-F)
5.
Menancapkan stek pada media tanam ( campuran
pasir, tanah, kompos perbandingan 1:1:1 ) yang telah disediakan selama 4-5 minggu,
kemudian menyiram air secukupnya
6.
Memelihara tanaman dengan melakukan
penyiraman setiap hari selama 2-4 minggu.
Pengamatan
Pengamatan pertama (H0)
dilakuakn 1 minggu (7 hari) setelah tanam. Selanjutnya melakukan pengamatan
ke-2 dan seterusnya setiap 3 hari selama 2-4 minggu, dengan parameter pengamatan
sebagai berikut:
1.
Tinggi tanaman
2.
Jumlah daun
3.
Panjang dan lebar daun
4.
Jumlah dan Panjang akar (pada akhir
pengamatan)
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Tinggi tanaman
HST
|
Kontrol
|
100PPM
|
200PPM
|
300PPM
|
H0
|
0.68
|
0
|
0
|
0
|
H3
|
1.36
|
0
|
0
|
0.1
|
H6
|
2.86
|
0
|
0
|
1.66
|
H9
|
4.08
|
0.3
|
0
|
0.7
|
H12
|
5.16
|
1.5
|
0
|
2.98
|
H15
|
6.96
|
2
|
0
|
3.76
|
H18
|
6.96
|
2
|
0
|
5.3
|
H21
|
7.3
|
2
|
0
|
6.8
|
H24
|
7.4
|
2.2
|
0
|
7
|
H27
|
4.76
|
2.3
|
0
|
8.3
|


Tabel
2. Panjang daun
HST
|
Kontrol
|
100PPM
|
200PPM
|
300PPM
|
H0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H6
|
0.78
|
0
|
0
|
0
|
H9
|
1.32
|
0
|
0
|
0.81
|
H12
|
2.6
|
0
|
0
|
1.94
|
H15
|
3.16
|
0
|
0
|
2.04
|
H18
|
3.36
|
0
|
0
|
4.2
|
H21
|
3.44
|
0
|
0
|
4.8
|
H24
|
3.6
|
0
|
0
|
4.8
|
H27
|
2.1
|
0
|
0
|
5.3
|


Tabel
3. Jumlah Daun
HST
|
Kontrol
|
100PPM
|
200PPM
|
300PPM
|
H0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H6
|
1
|
0
|
0
|
0
|
H9
|
1.4
|
0
|
0
|
1.8
|
H12
|
1.4
|
0
|
0
|
3
|
H15
|
3
|
0
|
0
|
2.4
|
H18
|
2.2
|
0
|
0
|
3.2
|
H21
|
1
|
0
|
0
|
3.2
|
H24
|
1.8
|
0
|
0
|
3.2
|
H27
|
0.8
|
0
|
0
|
3.4
|


Tabel
4. Lebar daun
HST
|
Kontrol
|
100PPM
|
200PPM
|
300PPM
|
H0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
H6
|
0.15
|
0
|
0
|
0
|
H9
|
0.6
|
0
|
0
|
0.48
|
H12
|
0.46
|
0
|
0
|
0.54
|
H15
|
1.2
|
0
|
0
|
0.58
|
H18
|
0.84
|
0
|
0
|
1.06
|
H21
|
3.01
|
0
|
0
|
1.06
|
H24
|
3.36
|
0
|
0
|
1.42
|
H27
|
0.42
|
0
|
0
|
1.6
|


Tabel
5. Panjang Akar
HST
|
Kontrol
|
100PPM
|
200PPM
|
300PPM
|
H27
|
5.96
|
2.6
|
0
|
12.92
|

4.2 Pembahasan
Praktikum Teknologi Inovasi
Produksi Pertanian (TIPP) dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap
Pertumbuhan Bibit Single Bud Singkong (Manoihot
esculenta). Praktikum ini dilakukan dengan menanam bibit singkong menggunakan
metode single bud yaitu budidaya tanaman dengan menggunakan satu mata tunas.
Penanaman dilakukan sebanyak 5 ulangan dengan konsentrasi ZPT Rootone-F yang
berbeda setiap kelompok. Dimana kelompok yang terbentuk ada 4 kelompok dan
konsentrasi Rootone-F yang diberikan yaitu 0 ppm (kontrol pada kelompok 1), 100
ppm (kelompok 2), 200 ppm (kelompok 3) dan 300 ppm (kelompok 4). Berdasarkan
perlakuan yang diberikan dan dipraktikan serta dilakukan pengamatan untuk mengetahui
perkembangan atau pertumbuahan tanaman dimana parameter yang digunakan adalah
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan panjang akar (pada
akhir pengamatan).
Berdasarkan
praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut.
Pengamatan pada single bud singkong ini selama kurang lebih sampai hari ke 27.
Diperoleh untuk tinggi tanaman mulai pengamatan pada hari pertama terlihat tanaman
tumbuh hanya pada tanaman dengan perlakuan kontrol sedang yang lainnya belum tumbuh
sehingga tinggi tanaman terlihat pada perlakuan kontrol. Selanjutnya pada hari
kedua tinggi tanaman mulai pada tanaman dengan perlakuan ZPT 300 ppm. Hanya
saja pada perlakuan pada kelompok 3 yaitu 200 ppm tidak tumbuh hingga terakhir
pengamatan. Terlihat pada tabel dan grafik yang telah dibuat bahwa tinggi tanaman
selalu meningkat dan terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan ZPT
Rootone-F dengan konsentrasi 300 ppm pada kelompok 4. Pada pengamatan panjang
daun terlihat pada pengamatan H0 dan H3 belum ada panjang daun baru pada pengamatan
H6- H27. Hanya saja dengan semua pada kelompok 3 dengan perlakuan konsentrasi
200 ppm tidak tumbuh. Terlihat panjang daun yang paling baik dan panjang pada
perlakuan Rootone-F 300 ppm.
Jumlah
daun terlihat pada pengamatan H6 karena pada H0 dan H3 belum tumbuh dan jumlah
daun semakin banyak sampai pengamatan H27 dan tetap sama terbanyak pada
perlakuan Rootone-F 300 ppm. Hal tersebut terlihat pada grafik menunjukkan jumlah
daun semakin meningkat dan banyak. Pada lebar daun juga sama terlihat semakin meningkat
hal tersebut terlihat pada grafik dan semua pada tanaman perlakuan 200 ppm
tidak tumbuh. Pada pengamatan hari terakhir H27 pengamatan panjang akar disitu
terlihat bahwa pada perlakuan kontrol panjang akar 5,96 cm, perlakuan 100 ppm
2,6 cm, perlakuan 200 ppm tidak tumbuh, sednag pada perlakuan 300 ppm panjang
akar adalah 12,92 ppm. Sehingga dapat disimpulkan pada praktikum ini yaitu
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) khhusunya Rootone-F terhadap pertumbuhan
single bud singkong setelah dilakukan pengamatan ternyata semakin tinggi
konsentrasi ZPT yang diberikan sebagai perangsang atau mempercepat pertumbuhan
dari bibit single bud maka pertumbuhannya akan semakin baik hal tersebut
terbukti pada praktikum ini dengan indikator pengamatan tinggi tanaman, panjang
daun, jumlah daun, lebar daun hingga panjang akar semua yang terbaik yaitu pada
ZPT dengan konsentrasi tertinggi 300 ppm. Namun, terlihat pada kelompok 3
dengan konsentrasi 200 ppm tanaman tidak tumbuh bisa disebabkan oleh bibit yang
digunakan mungkin juga dari cara atau prosedurnya yang kurang tepat sehingga
dalam pertumbuhannya kurang baik bahkan tidak tumbuh.
Penyediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor
pendukung keberhasilan pengembangan tanaman . Perbanyakan tanaman secara
konvensional masih dibatasi oleh kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit
baru dalam jumlah banyak, seragam dan dalam waktu singkat. Sampai saat ini
singkong banyak diproduksi dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biji dan
stek. Usaha perbanyakan tanaman singkong menggunakan stek memiliki kendala
perbanyakan melalui stek menghasilkan tanaman dengan jumlah terbatas, dan
membutuhkan pohon induk yang banyak. Perbanyakan singkong untuk memperoleh
bibit yang unggul dapat dilakukan budidaya secara kultur jaringan (in vitro).
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman,
baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi kultur yang aseptik secara in
vitro. Perbanyakan secara kultur jaringan akan menghasilkan jumlah bibit
yang banyak dalam waktu relatif singkat. Selain itu, kultur jaringan juga dapat
mempertahankan sifat induk yang unggul dan dapat menghasilkan bibit yang bebas
cendawan, bakteri, virus dan hama penyakit. Selain itu teknik atau metode lain yang dapat dilakuakan untuk memperbanyak
tanaman sebagai penyediaan bahan tanam yaitu dengan metode single bud yaitu menanam
satu mata tunas.
Sebagai usaha untuk mencapai bahan
tanam atau bibit unggul dan untuk mendapatkan produktivitas suatu tanaman yang
tinggi serta kualitas yang baik salah satu cara yang dapat digunakan yaitu
dengan metode single bud. Dimana metode ini adalah suatu cara perbanyakan
tanaman untuk memperoleh bahan tanaman secara cepat dengan kualitas yang baik.
Biasanya metode single bud sering diterapkan pada tanaman tebu dimana telah
terbukti efektif mampu menyediakan bahan tanam yang baik dan dalam jumlah yang
besar. Pada praktikum ini menggunakan metode single bud untuk memperoleh bahan
tanam namun bukan pada tanaman tebu melainkan dengan inovasi yang dilakukan
pada tanaman singkong. Inovasi yang dilakukan ini untuk melihat dan membuktikan
bahwa tidak hanya pada tanaman tebu saja yang mampu berhasil namun juga ingin
mengetahui metode ini sesuai tidak diterapkan pada tanaman singkong sebagai
alternatif untuk memperoleh bahan tanam yang baik dan dalam jumlah banyak
dimana dengan tujuan membantu penyediaan dan swasembada singkong.
Adapun
tehnik dalam pembibitan single bud adalah sebagai berikut:
1.
Melakukan persiapan media tanam
biasanya menggunakan media dari pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan
1:1:1
2.
Selanjutnya menyiapkan bedengan atau media tanam bibit
yang akan ditanami biasanya dengan polybag
3.
Memilih bahan tanam yang memiliki kualitas yang baik
kemudian memotong mata tunas batang singkong yaitu satu mata tunas dengan
panjang masing-masing 1 cm diantara mata tunas
4.
Menyiapkan zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu Rootone-F
dengan konsentrasi tertentu yang telah dilakukan seperti 100 ppm, 200 ppm dan
300 ppm kemudian merendam batang singkong yang telah dipotong tadi ke dalam
larutan Rootone-F selama beberapa menit
5.
Selanjutnya yaitu menancapkan stek batang singkong
pada media tanam (campuran pasir, tanah, kompos) dengan posisi mata tunas menghadap
ke atas kemudian menyiram dengan air dan melakukan pembahasan.
Keuntungan
pembibitan single bud nurrsery antara lain (1) areal yang dibutuhkan lebih
sedikit; (2) umur bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap
tanam; (3) setiap saat bibit akan tersedia sehingga jenjang pembibitan lebih
efektif; (4) kualitas bibit lebih terjamin dan presentase serta kepastian hidup
lebih tinggi. Selain kelebihan-kelebihan tersebut pada pembibitan ini masih
terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu (1) membutuhkan
tenaga kerja terampil; (2) belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas
atau khalayak; (3) adaptasi penanaman (transplantting) dan; (4) sistem
pemeliharaan masih membutuhkan kajian lebih lanjut (Muljana. W, 2003). Jika dibandingkan
dengan teknik pembibitan secara konvensional teknik pembibitan secara
single bud jauh lebih efektif dan lebih terjangkau dan tidak membutuhkan waktu
yang lama teknik pembibitan single bud ini sangat sesuai untuk menghasilkan
atau memperoleh bibit atau bahan tanam yang berkualitas.
Sebagai
upaya peningkatan kualitas bahan tanaman tidak cukup hanya dengan mengadopsi
atau menggunakan metode pemibibitan saja misalnya dengan metode single bud.
Kualitas suatu bahan tanam tidak akan diperoleh hanya dengan melakukan tehnik
pembibitan saja tetapi perlu adanya perlakuan-perlakuan khusus yang dapat
menunjang upaya peningkatan kualitas bahan tanam itu sendiri. salah satu
perlakuan khusus yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan pembeian zat
pengatur tumbuh (ZPT) dapat juga dengan melakukan pemupukan dan lain
sebagainya. Zat pengatur tumbuh dapat disebut juga dengan regulator yaitu zat
pengatur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh
sering dikenal sebagai suatu zat perangsang perumbuhan suatu tanaman selain itu
juga diberikan untuk memacu pertumbuhan suatu tanaman, disamping sebagai zat
yang dapat memacu pertumbuhan diketahui zat ini juga dapat menghambat
pertumbuhan suatu tanaman. Zat pengatur tumbuh adalah zat yang berfungsi untuk
mempercepat dan menghambat pertumbuhan tanaman baik pada akar, tunas dan
sebagainya. Zat pengatur tumbuh ada yang terdapat pada masing-masing tanaman
(fitohormon), ada pula yang diberikan secara sintetik misalnya Rootone-F.
Contoh-contoh ZPT (fitohormon): auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik,
etilen. ZPT sintetik : Rootone-F, Urine sapi, GA-3, Dicamba, dsb
Zat
pengatur tumbuh yang digunakan pada pertumbuhan bibit single bud dalam
praktikum ini menggunakan ZPT Rootone-F. Rootone-F merupakan zat pengatur
tumbuh berupa bubuk berwarna putih yang langsung dapat digunakan juga sebagai
pasta yang langsung ditempelkan di bagian tanaman dimana tanaman tersebut yang
akan dirangsang pertumbuhan akarnya (Ardisela, 2010). Bahan aktif yang
dikandung dalam Rootone-F adalah Naphtalene acetamide (NAD) sebanyak 0,067%,
Methy-1-Naphteleneacetic acid (MNAA) sebanyak 0,033%,
Methyle-1-Naptheleneacetamide (MNDA) sebanyak 0,013%, Indole-3-butyric acid
(IBA) sebanyak 0,057%. Bahan aktif tersebut akan mempengaruhi perubahan sel.
Setiap hormon memiliki sifat yang berbeda dalam pembelahan sel, namun secara
keseluruhan mengandung auksin yang berfungsi merangsang pertumbuhan akar
(Kramer dan Kozlowski dalam
Supriyanto dan Prakarsa, 2011).
Pada
dasarnya pemberian ZPT berupa Rootone-F pada pembibitan single bud khususnya
pada tanaman singkong ini ditujukan untuk membantu pertumbuhan, merangsang
serta mempercepat pertumbuhan. Dimana pada proses pembibitan single bud ini
bertujuan untuk mendapatkan bibit atau bahan tanaman yang berkualitas dan bermutu
yang baik sehingga harapan diberikannya Rootone-F akan membantu pertumbuhan
bibit secara maksimal. Pengaruh diberikannya ZPT berupa Rootone- F pada pembibitan
single bud singkong dalam praktikum ini yaitu membantu dalam merangsang dan mempercepat
pertumbuhan bibit singkong itu sendiri.
Teknologi
Inovasi Produksi Pertanian (TIPP) merupakan salah satu mata kuliah dimana mengandung
muatan yang menunjukkan bahwa dalam dunia pertanian banyak sekali inovasi yang
dapat diberikan demi kemajuan dan kelangsungan pemenuhan kehidupan masyrakat.
Dengan adanya mata kuliah dan praktikum TIPP akan dapat lebih memahami
inovasi-inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suatu produksi tanaman menjadi
lebih baik dan berkualitas. Salah satu inovasi yang berhubungan dengan adanya mata
kuliah TIPP yaitu dengan metode single bud. Dimana metode single bud adalah
suatu cara atau metode penyediaan bahan tanam atau bibit dengan penanaman menggunakan
satu mata tunas. Penggunaan dan penerapan metode single bud ini awalnya
diterapkan pada tanaman tebu dan berdasarkan penelitian yang dilakukan para
ahli terbukti mampu meningkatkan produksi sari tanaman tebu itu sendiri. Oleh
karena itu, pada praktikum ini melakukan inovasi dengan menggunakan metode
single bud yang biasa diterapkan pada tanaman tebu kemudian mencoba diterapkan
pada tanaman singkong yang sama sekali belum pernah dilakukan. Sehingga dengan
penerapan single bud pada tanaman singkong dijadikan sebgai alternatif metode pembibitan yang dapat meningkatkan
produktivitas dari tanaman singkong.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Berdasarkan
praktikum dan pengamatan yang telah telah dilakukan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan data yang telah diperoleh
terlihat hasil yang terbaik pada kelompok
4 dengan perlakuan ZPT 300 ppm terlihat baik dari tinggi tanaman, panjang tanaman,
lebar daun, jumlah daun dan panjang akar semuanya hasil terbaik pada perlakuan
300 ppm sedangkan hasil yang terburuk pada perlakuan 200 ppm dimana tanaman
tidak tumbuh meskipun diberi ZPT.
2.
Teknik pembibitan pada single bud yaitu menggunakan
satu mata tunas dan diberi ZPT dalam pertumbuhannya dengan tujuan tanaman cepat
tumbuh dengan baik. Kelebihan teknik single bud dengan teknik yang lainnya
yaitu lebih efektif untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan memperoleh
bibit yang berkualitas selain itu jauh lebih efektif. Adapun kelemahannya yaitu
harus membutuhkan keahlian khusus dan membutuhkan modal yang tidak sedikit dan
lain sebagainya
3.
Pengaruh ZPT (Zat Pengatur Tumbuh)
Rootone-F terhadap pembibitan single bud singkong yaitu untuk merangsang dan mempercepat
pertumbuhan sehingga tanaman cepat tumbuh dengan baik
4.
Teknik pembibitan single bud merupakan
suatu inovasi baru dimana bertujuan untuk memperoleh bibit atau bahan tanam
yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar dan jika dihubungkan denga TIPP (Teknologi Inovasi Produksi Pertanian)
ini adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan produksi pertanian atau tanaman.
5.2
SARAN
Berdasarkan
praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1.
Dalam praktikum teknik pembibitan single
bud ini benar-benar membutuhkan teknik dan keahlian khusus jika tidak tingkat
keberhasilannya akan sedikit
2.
Perlu kehati-hatian dalam pemotongan
batang singkong agar mata tunas tidak terluka dan merusaknya yang akan
berakibat tanaman tidak tumbuh.
3.
Sebaiknya memperhatikan prosedur yang
ada dan perlu perawatan yang khussu dalam teknik ini untuk menghasilkan
produktivitas tanaman yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Afzal,
Irfan et al. 2011. The Effect of Seed
Soaking With Plant Growth Regulators
on Seedling Vigor of Wheat Under Salinity Stress. Journal of Stress
Physiology & Biochemistry. 1(1): 6-14.
Ardisela,
Dawud. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Crown Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan Wilayah.
1(2): 48-62.
Gustini,
Dessi et al. 2012. Pengaruh Rootone F
dan Pupuk Bayfolan terhadap Pembentukan
Akar dan Pertumbuhan Anakan Salak Pondoh (Salacca
eduils Reinw.). Biospecies. 5(1): 8-13.
Howard,
D.D. et al. 2009. Soils Fertilizer
Additive Rate and Plant Growth Regulator
Effect on Cotton. The Journal of Cotton
Science. 5: 42-52.
Kasutdjianingati
et al. 2011. Pengaruh media Terhadap Multiplikasi
Tunas dan Pertumbuhan Planlet Pisang
Rajabulu (AAB) dan Pisang Tanduk (AAB) Pada
Berbagai Media Multiplikasi. Agronomi
Indonesia. 39(3): 180-187.
Muljana, Wahju. 2003. Teori
dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Permasalahannya. Semarang: CV.
Aneka Ilmu.
Nurwardani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen
Pendidikan Nasional.
S.
Denhere dan B.C. Nyamunda. 2013. High Energy Tuber Based Porridge Formulated From Cassava, Cowpeas and
Carrots. International Journal of Innovative Research & Studies.
ISSN 2319-9725. 2(7): 749-752.
Sandi,
Y.O. et al. 2013. Upaya Peningkatan
Kualitas Kulit Singkong Melalui Fermentai
menggunakan Leuconostoc mesenteroides
Pengaruhnya Terhadap Kecernaan Bahan
Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro.
Ilmiah Pertanian.
1(1): 99-108.
Setiadi.
2006. Bertanam Cabai. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Siregar,
A.Z. et al. 2008. Biologi Pertanian Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Supriyanto
dan Prakarsa, K.E. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stek Duabangsa mollucana. Blume. Silvikultur
Tropika. 3(1): 59-65.
Langganan:
Postingan (Atom)