Kamis, 11 September 2014

PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SINGLE BUD SINGKONG (Manihot Esculenta)



UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                       : SELVI NURIKA KRISTINA

NIM                                           : 121510501086

GOL/KELOMPOK                   : B/3
ANGGOTA                               : 1. RIZA MAISAROH               (121510501056)
                                                     2. ELSHA TIARA M.                (121510501055)
                                                     3. ZULIA ASMIN                      (121510501059)
                                                     4. RUKMINI ANITASARI       (121510501062)
                                                     5. FEBRIAN BEN B. P.             (121510501079)
                                                     6. ARIE RAHMAWATI           (121510501070)
                                                     7. MOCH. ICHSAN F.              (121510501084)
                                                     8. GALUH ADITAMA              (121510501083)
JUDUL ACARA                        : PENGARUH ZAT PENGATUR TUMBUH
                                                     TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT
                                                     SINGLE BUD SINGKONG (Manihot     
                                                     Esculenta)
TANGGAL PRAKTIKUM       : 19 OKTOBER 2013
TANGGAL PENYERAHAN    : 21 OKTOBER 2013
ASISTEN                                   : 1. MOH. AMINNUDDIN
                                                     2. ASRI RINA H
                                                     3. FAJAR FIRMANSYAH
                                                     4. FAKHRUSY ZAKARIYYA
                                                     5. KHUSNUL KHOTIMAH
                                                     6. NORMA LAILATUN NIKMAH
                                                     7. FANDI AHMAD
                                                     8. TIRTO WAHYU WIDODO
                                                     9. YUSTINA RATNASARI
                                                     10. VIDDA RYEND P.

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Singkong merupakan tanaman yang sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat indonesia dan bahkan sudah terkenal di seluruh dunia. Negara indonesia berada pada urutan ketiga setelah Brazil sebagai penghasi singkong terbesar, tanavan singkong memiliki potensi yang sangat besar dan bermanfaat bagi masyarakat. Singkong adalah salah satu komoditi pangan yang berperan penting sebagai penyedia pangan mayarakat selain padi, jagung, kedelai dan lain sebagainya. Tanaman singkong juga berpotensi bagi perkembangan perekonomian negara Indonesia. Dengan potensi tersebut tidak diiringi dengan produktivitasnya, produksi singkong terus mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan produktivitas singkong tersebut tidka terlepas dari berbagai faktor yang mepengaruhinya, salah satu penyebab produktivitas singkong yang rendah yaitu kurang tersedianya bibit unggul yang sudah siap tanam. Kebanyakan para petani masih menerapkan sistem tradisional dimana hanya dengan memotong batang singkong saja lalu ditancapkan tanpa adanya perawatan dan penanganan yang intensif. Dengan mengetahui potensi yang ada pada tanaman singkong tersebut maka perlu adanya suatu inovasi untuk meningkatkan produktivitas tanaman.
Salah satu teknologi inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman singkong yaitu dengan menggunakan metode Single bud. Single bud sendiri merupakan suatu cara atau teknik budidaya tanaman dengan menggunakan satu mata tunas. Metode single bud ini hasil adopsi dari Columbia, yang pada awalnya digunakan hanya pada pembibitan tanaman tebu. Sampai saat ini metode single bud masih belum atau jarang diterapkan pada tanaman singkong. Metode single bud ini perlu dilakukan sebagai alternatif dalam proses penyediaan bahan tanam yang baik dan unggul yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman singkong. Untuk mencukupi kebutuhan bahan tanam singkong tidak cukup hanya dengan mengadopsinya saja, melainkan perlu adanya perlakukan-perlakuan secara khusus sehingga pengadopsian ini dapat berhasil dengan baik.
Perlakuan yang dilakukan bisa dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), pengairan, atau bahkan pemupukan serta perlakuan yang lainnya. Zat pengatur tumbuh diberikan dengan tujuan agar membantu pertumbuhan dan perkemabngan tanaman secara maksimal. Salah satu ZPT yang biasa digunakan dalam pembibitan suatu tanaman adalah Rootone-F. ZPT Rootone-F ini merupakan formulasi dari beberapa zat yang meliputi: Napthalene Acetic Acid (NAA), Indole Acetic Acid (IAA), dan IBA berbentuk bubuk atau tepung berwaarna putih kotor yang sukar larut pada air. penggunaan ZPT Rootone-F yaitu untuk mempercepat atau merangsang pembentukan serta perbanyakan akar yang nantinya diharapkan mampu tumbuh dengan baik dan cepat dalam usaha penyediaan bahan tanam dalam jumlah besar untuk meningkatkan produktivitas suatu tanaman singkong. Pada praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian ini mencoba mengaplikasikan metode single bud dengan diberi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) single bud.

1.2  Tujuan
Tujuan praktikum berjudul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Single bud Singkong (Manihot esculenta) sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui metode pembibitan single bud
2.        Untuk mengetahui zat pengatur tumbuh Rootone-F terhadap pertumbuhan bibit singkong single bud
3.        Untuk mengetahui konsentrasi zat pengatur tumbuh yang efektif dalam pembibitan single bud singkong.


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Singkong merupakan suatu tanaman yang dapat hidup sepnjang tahun di daerah tropis tanaman singkong juga merupakan tanaman yang mudah beradaptasi tinggi dengan baik dalam berbagai kondisi tanah ataupun lingkungannya. Jumlah produksi singkong pada tahun 2010 di Indonesia diketahui sebesar 23.908.459 ton dengan luas lahan panen 1.182.604 ha, sedang produksi singkong di Jawa Tengah 3.876.242 ton dengan luas lahan panen 188.080 ha (BPS Indonesia, 2010 dalam Sandi et al., 2013). Tanaman singkong juga diketahui sebagai pakan ternak namun pemafaatnannya kurang makssimal hal ini dipengaruhi oleh rendahnya gizi serta terdpatnya zat anti nutrisi yaitu asam sianida (HCN). Usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dan kandungan gizi protein serta menghilangkan zat anti nutrisi dilakukan dengan teknologi fermentasi secara anaerob yang disuplementasi dengan bakteri Leuconontoc mesenteroides (Sandi et al., 2010).
Guilbert et al (1996 dalam S. Denhere dan B.C. Nyamunda, 2013) menyatakan bahwa tanaman singkong (Manihot esculenta) esensial untuk program diet dan banyak digunakan oleh masyarakat luas. Di Zimbabwe misalnya tanaman singkong menjadi komoditas utama yang dikembangkan dan dalam skala yang besar. Namun, tanaman singkong juga dapat dikembangkan dalam skala yang kecil. Pada singkong terdapat 90% energi yaitu banyak karbohidrat. Selain itu kandungan proten yang cukup rendah sekitar 3 % dan lemak 1%.
Zat pengatur tumbuh kadang kala perlu diberikan untuk mendapatkan produksi atau hasil suatu tanaman lebih baik. Misalnya saja pada perkembangbiakan yang dilakukan secara vegetatif baik itu secara stek pucuk maupun stek batang, zat pengatur tumbuh yang biasa digunakan yaitu untuk menstimulir atau merangsang pertumbuhan akar yaitu ZPT (Rootone-F) dengan penambahan ZPT ini diharapkan kemampuan berakar akan meningkat serta presentase hidupnya akan lebih baik ( Supriyanto dan Prakarsa, 2011). Rootone-F merupakan zat pengatur tumbuh berupa bubuk berwarna putih yang langsung dapat digunakan juga sebagai pasta yang langsung ditempelkan di bagian tanaman dimana tanavan tersebut yang akan dirangsang pertumbuhan akarnya (Ardisela, 2010). Pada dasarnya, tujuan dari pemberian ZPT yaitu untuk mempercepat pertumbuhan akar dimana diharapkan pertumbuhan tanaman menjadi seragam dengan kualitas yang relatif sama. Dalam pemberian zat pengatur tumbuh dapat disesuaikan dengan jenis dari tanaman itu sendiri, ada tanaman yang mudah tumbuh walau hanya diberi ZPT sedikit saja. Namun, jika jenis tanaman yang sukar atau sulit dalam pertumbuhannya maka dosis yang diberikan dapat ditambah atau lebih tinggi (Ardisela, 2010).
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan banyak cara diantaranya stek, cangkok, sambung, menempel dan lain sebagainya. Stek (Cutting atau stuk) adalah menumbuhkan bagian atau potongan dari suatu tanaman sehingga menjadi tanaman baru, banyak tipe stek yaitu stek batang, stek akar, stek daun dan lain sebagainya ( Nurwardani, 2008). Dalam perkemabangan tanaman untuk penyediaan bibit dilakukanb penambahan hormon seperti hormon auksin yang bertindak sebagai pendorong awal proses inisiasi atau terjadinya akar. Pada dasarnya tanaman menghasilkan hormon sendiri namun dengan hormon yang dihasilkan masih kurang mampu dalam mendorong pembentukan akar sehingga perlu tambahan hormon dari luat (Nurwardani, 2008).
Ketika akan menanam tanaman baik itu ubi kayu, ubi jalar, pisang maupun tebu. Yang dilakukan adalah perbanyakan tanaman secara vegetatif, dengan perbanyak tanaman secara vegetatif akan dihasilkan sifat-sifat yang sama dengan induknya. Hal tersebut disebabkan dengan perkembangan secara vegetatif menggunakan prinsip pembelahan secara mitosis. Dalam pembelahan secara mitosis akan menghasilkan individu baru yang memiliki sifat-sifat mirip dengan induknya (Siregar et al., 2008). Dalam mengatur berapa dosis atau komposisi Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang akan diberikan perlu dilakukannya menjaga kestabilan dari tunas agar pemberian hormon dapat sesuai dengan kebutuhan oleh tanaman untuk perkembangan akarnya (Kasutjianingati et al., 2011). Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh harus dilakukan secara hati-hati karena jika tidak akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman dapat terhambat jauh dari harapan. Perlu ada komposisi yang tepat dalam peaplikasiannya (Setiadi, 2006).
Steger and Oosterhuis (1997 dalam Howard et al., 2009) efek yang terjadi pada pemberian zat pengatur tumbuh ada yang langsung bisa merespon ada juga yang lambat menerimanya. Setiap tanaman memiliki respon yang berbeda satu dengan yang lainnya. Respon setiap tanaman berbeda satu dengan yang lainnya ada tanaman yang merespon dengan baik saat diberikan Zat Pengatur tumbuh ada pula yang terhambat pertumbuhannya. Terhambatnya pertumbuhan tanaman tersebut dapat disebabkan dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan ( Halmer, 2004 dalam Afzal, 2011).
Auksin merupakan salah satu hormon atau zat pengatur tumbuh yang memiliki bperan dalam pemanjangan sel, pembelahan sel, serta pertumuhan dan pembentukan akar (Heddy, 1996 dalam Gustini et al., 2012). Pruk komersial yang mengandung hormon auksin yaitu  Rootone-F dimana zat pengatur tumbuh ini mengandung auksin dan fungisida dan memiliki kandungan NAA,NAD, thyram dan lain sebagainya (Gustini et al., 2012).

BAB 3. METODOLOGI
3.1    Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian (TIPP) acara 1 dengan judul “ Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Bibit Single Bud Singkong (Manihot esculenta)” dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Dasar, Fakultas Pertanian Universitas Jember, pada tanggal 19 Oktober 2013 pukul 06.00 – 08.00 WIB.

3.2    Alat dan Bahan
3.2.1        Alat
1.        Gergaji / pisau pemotong
2.        Gelas air mineral
3.        Pipet
4.        Gelas ukur
5.        Beaker glass
6.        Spatula
7.        Handsprayer (alat semprot)

3.2.2        Bahan
1.        Batang Singkong
2.        Rootone- F
3.        Aquades
4.        Media tanam (Pasir, kompos, tanah)

3.3    Cara Kerja
1.        Menyiapkan alat dan bahan
2.        Memilih bahan tanam (batang singkong) yang memiliki kualitas tinggi
3.        Memotong batang singkong (dengan panjang masing-masing 1 cm) diantara mata tunas
4.        Mencelupkan/ merendam batang singkong yang telah dipotong tersebut ke dalam larutan Rootone-F ( konsentrasi 100 ppm dan 300 ppm) masing-masing membuat 5 kali ulangan. Sebagai pembanding membuat kontrol (tanpa perlakuan Rootone-F)
5.        Menancapkan stek pada media tanam ( campuran pasir, tanah, kompos perbandingan 1:1:1 ) yang telah disediakan selama 4-5 minggu, kemudian menyiram air secukupnya
6.        Memelihara tanaman dengan melakukan penyiraman setiap hari selama 2-4 minggu.
Pengamatan
Pengamatan pertama (H0) dilakuakn 1 minggu (7 hari) setelah tanam. Selanjutnya melakukan pengamatan ke-2 dan seterusnya setiap 3 hari selama 2-4 minggu, dengan parameter pengamatan sebagai berikut:
1.        Tinggi tanaman
2.        Jumlah daun
3.        Panjang dan lebar daun
4.        Jumlah dan Panjang akar (pada akhir pengamatan)


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Tinggi tanaman
HST
Kontrol
100PPM
200PPM
300PPM
H0
0.68
0
0
0
H3
1.36
0
0
0.1
H6
2.86
0
0
1.66
H9
4.08
0.3
0
0.7
H12
5.16
1.5
0
2.98
H15
6.96
2
0
3.76
H18
6.96
2
0
5.3
H21
7.3
2
0
6.8
H24
7.4
2.2
0
7
H27
4.76
2.3
0
8.3

Tabel 2. Panjang daun
HST
Kontrol
100PPM
200PPM
300PPM
H0
0
0
0
0
H3
0
0
0
0
H6
0.78
0
0
0
H9
1.32
0
0
0.81
H12
2.6
0
0
1.94
H15
3.16
0
0
2.04
H18
3.36
0
0
4.2
H21
3.44
0
0
4.8
H24
3.6
0
0
4.8
H27
2.1
0
0
5.3


Tabel 3. Jumlah Daun
HST
Kontrol
100PPM
200PPM
300PPM
H0
0
0
0
0
H3
0
0
0
0
H6
1
0
0
0
H9
1.4
0
0
1.8
H12
1.4
0
0
3
H15
3
0
0
2.4
H18
2.2
0
0
3.2
H21
1
0
0
3.2
H24
1.8
0
0
3.2
H27
0.8
0
0
3.4



Tabel 4. Lebar daun
HST
Kontrol
100PPM
200PPM
300PPM
H0
0
0
0
0
H3
0
0
0
0
H6
0.15
0
0
0
H9
0.6
0
0
0.48
H12
0.46
0
0
0.54
H15
1.2
0
0
0.58
H18
0.84
0
0
1.06
H21
3.01
0
0
1.06
H24
3.36
0
0
1.42
H27
0.42
0
0
1.6



Tabel 5. Panjang Akar
HST
Kontrol
100PPM
200PPM
300PPM
H27
5.96
2.6
0
12.92


4.2 Pembahasan
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian (TIPP) dengan judul Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Bibit Single Bud Singkong (Manoihot esculenta). Praktikum ini dilakukan dengan menanam bibit singkong menggunakan metode single bud yaitu budidaya tanaman dengan menggunakan satu mata tunas. Penanaman dilakukan sebanyak 5 ulangan dengan konsentrasi ZPT Rootone-F yang berbeda setiap kelompok. Dimana kelompok yang terbentuk ada 4 kelompok dan konsentrasi Rootone-F yang diberikan yaitu 0 ppm (kontrol pada kelompok 1), 100 ppm (kelompok 2), 200 ppm (kelompok 3) dan 300 ppm (kelompok 4). Berdasarkan perlakuan yang diberikan dan dipraktikan serta dilakukan pengamatan untuk mengetahui perkembangan atau pertumbuahan tanaman dimana parameter yang digunakan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan panjang akar (pada akhir pengamatan).
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut. Pengamatan pada single bud singkong ini selama kurang lebih sampai hari ke 27. Diperoleh untuk tinggi tanaman mulai pengamatan pada hari pertama terlihat tanaman tumbuh hanya pada tanaman dengan perlakuan kontrol sedang yang lainnya belum tumbuh sehingga tinggi tanaman terlihat pada perlakuan kontrol. Selanjutnya pada hari kedua tinggi tanaman mulai pada tanaman dengan perlakuan ZPT 300 ppm. Hanya saja pada perlakuan pada kelompok 3 yaitu 200 ppm tidak tumbuh hingga terakhir pengamatan. Terlihat pada tabel dan grafik yang telah dibuat bahwa tinggi tanaman selalu meningkat dan terlihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan ZPT Rootone-F dengan konsentrasi 300 ppm pada kelompok 4. Pada pengamatan panjang daun terlihat pada pengamatan H0 dan H3 belum ada panjang daun baru pada pengamatan H6- H27. Hanya saja dengan semua pada kelompok 3 dengan perlakuan konsentrasi 200 ppm tidak tumbuh. Terlihat panjang daun yang paling baik dan panjang pada perlakuan Rootone-F 300 ppm.
Jumlah daun terlihat pada pengamatan H6 karena pada H0 dan H3 belum tumbuh dan jumlah daun semakin banyak sampai pengamatan H27 dan tetap sama terbanyak pada perlakuan Rootone-F 300 ppm. Hal tersebut terlihat pada grafik menunjukkan jumlah daun semakin meningkat dan banyak. Pada lebar daun juga sama terlihat semakin meningkat hal tersebut terlihat pada grafik dan semua pada tanaman perlakuan 200 ppm tidak tumbuh. Pada pengamatan hari terakhir H27 pengamatan panjang akar disitu terlihat bahwa pada perlakuan kontrol panjang akar 5,96 cm, perlakuan 100 ppm 2,6 cm, perlakuan 200 ppm tidak tumbuh, sednag pada perlakuan 300 ppm panjang akar adalah 12,92 ppm. Sehingga dapat disimpulkan pada praktikum ini yaitu Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) khhusunya Rootone-F terhadap pertumbuhan single bud singkong setelah dilakukan pengamatan ternyata semakin tinggi konsentrasi ZPT yang diberikan sebagai perangsang atau mempercepat pertumbuhan dari bibit single bud maka pertumbuhannya akan semakin baik hal tersebut terbukti pada praktikum ini dengan indikator pengamatan tinggi tanaman, panjang daun, jumlah daun, lebar daun hingga panjang akar semua yang terbaik yaitu pada ZPT dengan konsentrasi tertinggi 300 ppm. Namun, terlihat pada kelompok 3 dengan konsentrasi 200 ppm tanaman tidak tumbuh bisa disebabkan oleh bibit yang digunakan mungkin juga dari cara atau prosedurnya yang kurang tepat sehingga dalam pertumbuhannya kurang baik bahkan tidak tumbuh.
Penyediaan bibit unggul merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan pengembangan tanaman . Perbanyakan tanaman secara konvensional masih dibatasi oleh kemampuan tanaman untuk menghasilkan bibit baru dalam jumlah banyak, seragam dan dalam waktu singkat. Sampai saat ini singkong banyak diproduksi dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan biji dan stek. Usaha perbanyakan tanaman singkong menggunakan stek memiliki kendala perbanyakan melalui stek menghasilkan tanaman dengan jumlah terbatas, dan membutuhkan pohon induk yang banyak. Perbanyakan singkong untuk memperoleh bibit yang unggul dapat dilakukan budidaya secara kultur jaringan (in vitro). Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuhkembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi kultur yang aseptik secara in vitro. Perbanyakan secara kultur jaringan akan menghasilkan jumlah bibit yang banyak dalam waktu relatif singkat. Selain itu, kultur jaringan juga dapat mempertahankan sifat induk yang unggul dan dapat menghasilkan bibit yang bebas cendawan, bakteri, virus dan hama penyakit. Selain itu teknik atau metode lain yang dapat dilakuakan untuk memperbanyak tanaman sebagai penyediaan bahan tanam yaitu dengan metode single bud yaitu menanam satu mata tunas.
Sebagai usaha untuk mencapai bahan tanam atau bibit unggul dan untuk mendapatkan produktivitas suatu tanaman yang tinggi serta kualitas yang baik salah satu cara yang dapat digunakan yaitu dengan metode single bud. Dimana metode ini adalah suatu cara perbanyakan tanaman untuk memperoleh bahan tanaman secara cepat dengan kualitas yang baik. Biasanya metode single bud sering diterapkan pada tanaman tebu dimana telah terbukti efektif mampu menyediakan bahan tanam yang baik dan dalam jumlah yang besar. Pada praktikum ini menggunakan metode single bud untuk memperoleh bahan tanam namun bukan pada tanaman tebu melainkan dengan inovasi yang dilakukan pada tanaman singkong. Inovasi yang dilakukan ini untuk melihat dan membuktikan bahwa tidak hanya pada tanaman tebu saja yang mampu berhasil namun juga ingin mengetahui metode ini sesuai tidak diterapkan pada tanaman singkong sebagai alternatif untuk memperoleh bahan tanam yang baik dan dalam jumlah banyak dimana dengan tujuan membantu penyediaan dan swasembada singkong.
Adapun tehnik dalam pembibitan single bud adalah sebagai berikut:
1.        Melakukan persiapan media tanam biasanya menggunakan media dari pasir, tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1:1
2.        Selanjutnya menyiapkan bedengan atau media tanam bibit yang akan ditanami biasanya dengan polybag
3.        Memilih bahan tanam yang memiliki kualitas yang baik kemudian memotong mata tunas batang singkong yaitu satu mata tunas dengan panjang masing-masing 1 cm diantara mata tunas
4.        Menyiapkan zat pengatur tumbuh (ZPT) yaitu Rootone-F dengan konsentrasi tertentu yang telah dilakukan seperti 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm kemudian merendam batang singkong yang telah dipotong tadi ke dalam larutan Rootone-F selama beberapa menit
5.        Selanjutnya yaitu menancapkan stek batang singkong pada media tanam (campuran pasir, tanah, kompos) dengan posisi mata tunas menghadap ke atas kemudian menyiram dengan air dan melakukan pembahasan.
Keuntungan pembibitan single bud nurrsery antara lain (1) areal yang dibutuhkan lebih sedikit; (2) umur bibit lebih pendek yaitu kurang dari 3 bulan sudah siap tanam; (3) setiap saat bibit akan tersedia sehingga jenjang pembibitan lebih efektif; (4) kualitas bibit lebih terjamin dan presentase serta kepastian hidup lebih tinggi. Selain kelebihan-kelebihan tersebut pada pembibitan ini masih terdapat beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu (1) membutuhkan tenaga kerja terampil; (2) belum diketahui oleh sebagian besar masyarakat luas atau khalayak; (3) adaptasi penanaman (transplantting) dan; (4) sistem pemeliharaan masih membutuhkan kajian lebih lanjut (Muljana. W, 2003). Jika dibandingkan dengan teknik pembibitan secara konvensional teknik pembibitan secara single bud jauh lebih efektif dan lebih terjangkau dan tidak membutuhkan waktu yang lama teknik pembibitan single bud ini sangat sesuai untuk menghasilkan atau memperoleh bibit atau bahan tanam yang berkualitas.
Sebagai upaya peningkatan kualitas bahan tanaman tidak cukup hanya dengan mengadopsi atau menggunakan metode pemibibitan saja misalnya dengan metode single bud. Kualitas suatu bahan tanam tidak akan diperoleh hanya dengan melakukan tehnik pembibitan saja tetapi perlu adanya perlakuan-perlakuan khusus yang dapat menunjang upaya peningkatan kualitas bahan tanam itu sendiri. salah satu perlakuan khusus yang mungkin dapat dilakukan yaitu dengan pembeian zat pengatur tumbuh (ZPT) dapat juga dengan melakukan pemupukan dan lain sebagainya. Zat pengatur tumbuh dapat disebut juga dengan regulator yaitu zat pengatur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Zat pengatur tumbuh sering dikenal sebagai suatu zat perangsang perumbuhan suatu tanaman selain itu juga diberikan untuk memacu pertumbuhan suatu tanaman, disamping sebagai zat yang dapat memacu pertumbuhan diketahui zat ini juga dapat menghambat pertumbuhan suatu tanaman. Zat pengatur tumbuh adalah zat yang berfungsi untuk mempercepat dan menghambat pertumbuhan tanaman baik pada akar, tunas dan sebagainya. Zat pengatur tumbuh ada yang terdapat pada masing-masing tanaman (fitohormon), ada pula yang diberikan secara sintetik misalnya Rootone-F. Contoh-contoh ZPT (fitohormon): auksin, giberelin, sitokinin, asam absisik, etilen. ZPT sintetik : Rootone-F, Urine sapi, GA-3, Dicamba, dsb
Zat pengatur tumbuh yang digunakan pada pertumbuhan bibit single bud dalam praktikum ini menggunakan ZPT Rootone-F. Rootone-F merupakan zat pengatur tumbuh berupa bubuk berwarna putih yang langsung dapat digunakan juga sebagai pasta yang langsung ditempelkan di bagian tanaman dimana tanaman tersebut yang akan dirangsang pertumbuhan akarnya (Ardisela, 2010). Bahan aktif yang dikandung dalam Rootone-F adalah Naphtalene acetamide (NAD) sebanyak 0,067%, Methy-1-Naphteleneacetic acid (MNAA) sebanyak 0,033%, Methyle-1-Naptheleneacetamide (MNDA) sebanyak 0,013%, Indole-3-butyric acid (IBA) sebanyak 0,057%. Bahan aktif tersebut akan mempengaruhi perubahan sel. Setiap hormon memiliki sifat yang berbeda dalam pembelahan sel, namun secara keseluruhan mengandung auksin yang berfungsi merangsang pertumbuhan akar (Kramer dan Kozlowski dalam Supriyanto dan Prakarsa, 2011).
Pada dasarnya pemberian ZPT berupa Rootone-F pada pembibitan single bud khususnya pada tanaman singkong ini ditujukan untuk membantu pertumbuhan, merangsang serta mempercepat pertumbuhan. Dimana pada proses pembibitan single bud ini bertujuan untuk mendapatkan bibit atau bahan tanaman yang berkualitas dan bermutu yang baik sehingga harapan diberikannya Rootone-F akan membantu pertumbuhan bibit secara maksimal. Pengaruh diberikannya ZPT berupa Rootone- F pada pembibitan single bud singkong dalam praktikum ini yaitu membantu dalam merangsang dan mempercepat pertumbuhan bibit singkong itu sendiri.
Teknologi Inovasi Produksi Pertanian (TIPP) merupakan salah satu mata kuliah dimana mengandung muatan yang menunjukkan bahwa dalam dunia pertanian banyak sekali inovasi yang dapat diberikan demi kemajuan dan kelangsungan pemenuhan kehidupan masyrakat. Dengan adanya mata kuliah dan praktikum TIPP akan dapat lebih memahami inovasi-inovasi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan suatu produksi tanaman menjadi lebih baik dan berkualitas. Salah satu inovasi yang berhubungan dengan adanya mata kuliah TIPP yaitu dengan metode single bud. Dimana metode single bud adalah suatu cara atau metode penyediaan bahan tanam atau bibit dengan penanaman menggunakan satu mata tunas. Penggunaan dan penerapan metode single bud ini awalnya diterapkan pada tanaman tebu dan berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli terbukti mampu meningkatkan produksi sari tanaman tebu itu sendiri. Oleh karena itu, pada praktikum ini melakukan inovasi dengan menggunakan metode single bud yang biasa diterapkan pada tanaman tebu kemudian mencoba diterapkan pada tanaman singkong yang sama sekali belum pernah dilakukan. Sehingga dengan penerapan single bud pada tanaman singkong dijadikan sebgai alternatif  metode pembibitan yang dapat meningkatkan produktivitas dari tanaman singkong.


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.        Berdasarkan data yang telah diperoleh terlihat hasil  yang terbaik pada kelompok 4 dengan perlakuan ZPT 300 ppm terlihat baik dari tinggi tanaman, panjang tanaman, lebar daun, jumlah daun dan panjang akar semuanya hasil terbaik pada perlakuan 300 ppm sedangkan hasil yang terburuk pada perlakuan 200 ppm dimana tanaman tidak tumbuh meskipun diberi ZPT.
2.        Teknik pembibitan pada single bud yaitu menggunakan satu mata tunas dan diberi ZPT dalam pertumbuhannya dengan tujuan tanaman cepat tumbuh dengan baik. Kelebihan teknik single bud dengan teknik yang lainnya yaitu lebih efektif untuk menghasilkan bibit dalam jumlah yang banyak dan memperoleh bibit yang berkualitas selain itu jauh lebih efektif. Adapun kelemahannya yaitu harus membutuhkan keahlian khusus dan membutuhkan modal yang tidak sedikit dan lain sebagainya
3.        Pengaruh ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) Rootone-F terhadap pembibitan single bud singkong yaitu untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan sehingga tanaman cepat tumbuh dengan baik
4.        Teknik pembibitan single bud merupakan suatu inovasi baru dimana bertujuan untuk memperoleh bibit atau bahan tanam yang berkualitas dan dalam jumlah yang besar dan jika dihubungkan denga  TIPP (Teknologi Inovasi Produksi Pertanian) ini adalah suatu inovasi baru untuk meningkatkan produksi pertanian atau tanaman.

5.2    SARAN
Berdasarkan praktikum dan pengamatan yang telah dilakukan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.        Dalam praktikum teknik pembibitan single bud ini benar-benar membutuhkan teknik dan keahlian khusus jika tidak tingkat keberhasilannya akan sedikit
2.        Perlu kehati-hatian dalam pemotongan batang singkong agar mata tunas tidak terluka dan merusaknya yang akan berakibat tanaman tidak tumbuh.
3.        Sebaiknya memperhatikan prosedur yang ada dan perlu perawatan yang khussu dalam teknik ini untuk menghasilkan produktivitas tanaman yang baik.








DAFTAR PUSTAKA
Afzal, Irfan et al. 2011. The Effect of Seed Soaking With Plant Growth     Regulators on Seedling Vigor of Wheat Under Salinity Stress. Journal of        Stress Physiology & Biochemistry. 1(1): 6-14.

Ardisela, Dawud. 2010. Pengaruh Dosis Rootone-F Terhadap Pertumbuhan           Crown Tanaman Nenas (Ananas comosus). Agribisnis dan Pengembangan    Wilayah. 1(2): 48-62.

Gustini, Dessi et al. 2012. Pengaruh Rootone F dan Pupuk Bayfolan terhadap        Pembentukan Akar dan Pertumbuhan Anakan Salak Pondoh (Salacca           eduils Reinw.). Biospecies. 5(1): 8-13.

Howard, D.D. et al. 2009. Soils Fertilizer Additive Rate and Plant Growth            Regulator Effect on Cotton. The Journal of Cotton Science. 5: 42-52.

Kasutdjianingati et al. 2011. Pengaruh media Terhadap Multiplikasi Tunas dan       Pertumbuhan Planlet Pisang Rajabulu (AAB) dan Pisang Tanduk (AAB) Pada Berbagai Media Multiplikasi. Agronomi Indonesia. 39(3): 180-187.

Muljana, Wahju. 2003. Teori dan Praktek Cocok Tanam Tebu dengan Segala Permasalahannya. Semarang: CV. Aneka Ilmu.

Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid     1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,      Departemen Pendidikan Nasional.

S. Denhere dan B.C. Nyamunda. 2013. High Energy Tuber Based Porridge            Formulated From Cassava, Cowpeas and Carrots. International Journal of          Innovative Research & Studies. ISSN 2319-9725. 2(7): 749-752.

Sandi, Y.O. et al. 2013. Upaya Peningkatan Kualitas Kulit Singkong Melalui         Fermentai menggunakan Leuconostoc mesenteroides Pengaruhnya       Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara In Vitro.   Ilmiah Pertanian. 1(1): 99-108.

Setiadi. 2006. Bertanam Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar, A.Z. et al. 2008. Biologi Pertanian Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan          Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Supriyanto dan Prakarsa, K.E. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-F   Terhadap Pertumbuhan Stek Duabangsa mollucana. Blume. Silvikultur     Tropika. 3(1): 59-65.

1 komentar:


  1. PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO

    menyediakan hormon two four D 100ml untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www.tokopedia.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro

    BalasHapus