Kamis, 11 September 2014

Teknik Budidaya Tanaman Padi Sitem Organik (Metode SRI)



Teknologi Inovasi Produksi Pertanian
Kelas B
Kelompok 11
Anggota :
1.      Dewi Ulinihayah         121510501085, HP (085649099218)
2.      Selvi Nurika Kristina  121510501086, HP (085785105727)
3.      Nurlailatus Salama      121510501087, HP (085749493488)

Teknik Budidaya Tanaman Padi Sitem Organik (Metode SRI)

Kegiatan pertanian tidak terlepas dari faktor sumber daya lahan sebagai media atau tempat tumbuh suatu tanaman yang mampu menyediakan unsur hara dan air yang dibutuhkan oleh tanaman. Penyalahgunaan penggunaan lahan pertanian sebagai lahan industri, sarana hiburan, dan bahkan sebagai lahan pemukiman mengakibatkan menurunnya produktivitas hasil pertanian sehingga juga berdampak terhadap menurunnya kesejahteraan petani. Hal ini menuntut petani untuk dapat memanfaatkan lahan marginal agar hasil produk pertanian tetap dapat mencukupi kebutuhan hidup manusia.
Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian mampu memberikan dampak yang positif maupun negatif. Salah satu teknologi budidaya tanaman yang memberikan dampak baik adalah penerapan sistem pertanian organik. Pertanian organik adalah suatu sistem produksi terpadu dengan menggunakan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sehingga mampu menyediakan produk-produk pertanian yang aman bagi konsumen, berkualitas, dan cukup serta berkelanjutan. Dengan penerapan sistem pertanian organik maka produk pertanian yang dihasilkan juga sehat karena tidak ada residu yang tertinggal pada produk yang diakibatkan penggunaan bahan-bahan kimia.
Selain memiliki beberapa keunggulan, teknologi budidaya tanaman sistem organik memiliki beberapa kendala yaitu bahan yang susah diperoleh, membutuhkan bahan organik dalam jumlah yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan bahan-bahan kimia. Umumnya pertanian organik dilakukan dengan tujuan agar dapat mempertahankan kelestarian sumber daya dan lingkungan, meningkatkan nilai tambah ekonomi produk pertanian dan pendapatan petani. Dalam sistem ini, penggunaan pupuk hijau, pupuk hayati, peningkatan biomasa, penyiapan kompos yang diperkaya dan pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit secara hayati dilakukan dengan harapan dapat memperbaiki kesehatan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman yang aman dan menyehatkan bagi manusia yang mengkonsumsi tanaman tersebut (Sutanto, 2002).
Salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan secara organik adalah pada tanaman padi yang dibudidayakan secara organik dengan metode SRI (System of Rice Intensification). Metode SRI (System of Rice Intensification) adalah teknik budidaya tanaman padi dengan cara merubah cara pengelolaan tanaman, tanah, air dana unsur hara yang lebih efisien serta memperhatikan kearifan lokal dan ramah lingkungan sehingga dapat meningkatkan hasil produksi yang berkualias.
Sistem SRI (System of Rice Intensification) memiliki beberapa manfaat yaitu:
1.      Mampu menghasilkan produksi tinggi
Secara umum budidaya tanaman padi organik dengan metode SRI dapat meningkatkan hasil panen padi 10-15 ton/Ha atau ±30%.
2.      Hemat biaya
Dalam satu hektar tanah hanya membutuhkan benih 5-7 kg, biaya untuk pupuk organik murah dan dapat dibuat sendiri dan tidak membutuhkan biaya untuk pencabutan dan pemindahan bibit.
3.      Hemat air
Pada metode SRI ini tidak terlalu banyak membutuhkan air/penggenangan selama pertumbuhan. Pemberian air maksimal 2-3 cm diatas permukaan tanah dan pada periode tertentu harus dilakukan pengeringan pada tanah hingga tanah retak. Jika dibandingkan dengan cara konvensional, metode SRI hanya membutuhkan 20-30%.
4.      Hemat waktu
Bibit yang ditanam 5-12 hari setelah persemaian dan waktu panen lebih awal.
5.      Ramah lingkungan
Metode SRI ini tidak menggunakan bahan kimia baik pupuk kimia maupun pestisida. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik seperti pupuk kompos dan pupuk kandang. Pestisida yang digunakan adalah pestisida hayati.
6.      Input yang rendah tanpa membutuhkan input tambahan.
7.      Teknologi yang digunakan sederhana, sehingga mudah dipahami dan diterapkan oleh petani, bersifat berkesinambungan.
8.      Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah serta mewariskan tanah yang sehat.
9.      Meningkatkan pendapatan keluarga petani.
Penerapan sistem ini sudah banyak dilakukan di berbagai negara seperti negara madagaskar yang merupakan negara asal penerapan sistem SRI. Selain itu negara-negara yang sudah menerapkan sistem ini adalah China, Vietnam, India, Philipina, Brazil, Iran dan masih banyak lagi tak ketinggalan negara kita Indonesia juga menerapkan sistem ini.

Prinsip-prinsip metode SRI (System of Rice Intensification)
Prinsip – prinsip penerapan metode SRI (System of Rice Intensification) diantaranya yaitu penggunaan jarak tanam 25 cm X 25 cm atau dengan jarak tanam 30 cm X 30 cm, penanaman padi dangkal dan membutuhkan keahlian serta teknik, pemberian air 2 cm menggenang diatas permukaan tanah tidak terlalu banyak air, penyiangan dilakukan pada awal tanaman sekitar tanaman berumur 10 hari dan penyiangan dilakukan 2 -3 kali dengan interval waktu 10 hari, metode SRI ini menggunakan bahan organik dan berasal dari alam seperti pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan lain sebagainya.

Teknik metode SRI (System of Rice intensification)
1.    Pemilihan Varietas
Varietas benih/bibit yang dapat digunakan dalam budidaya padi secara organik adalah benih/bibit non-hibrida dengan tujuan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati. Varietas benih/bibit nonhibrida dapat hidup dan berproduksi optimal pada kondisi alami sedangkan benih/bibit hibrida pada umumnya hanya dapat tumbuh dan berproduksi optimal bila disertai dengan aplikasi pupuk kimia.

2.    Pembenihan
Benih yang bermutu adalah jenis yang murni, bernas, kering, sehat, bebas dari penyakit, dan bebas dari campuran biji gulma. Dalam pemilihan benih diperlukan penyeleksian terlebih dahulu yaitu dapat dilakukan dengan cara merendam benih pada air bersih selama beberapa waktu kemudian benih yang terapung disaring, selanjutnya adalah menyiapkan air panas yang dilarut dengan garam dan telur dimasukkan pada larutan garam jika telur terapung berarti larutan siap digunakan  kemudian benih direndam dan benih yang mengapung diambil dan dibuang. Setelah itu benih dimasukkan dalam karung dan diikat, merendam benih kembali pada ember yang berisi air dicampur dengan larutan EM, menyimpan benih di tempat yang lembab selama 3 hari untuk mempercepat perkecambahan, setelah berkecambah benih siap disemai.

3.    Penyiapan Lahan
 
Pengolahan tanah sawah hingga siap untuk ditanamai. Pembajakan sawah dapat menggunakan traktor atau cara tradisional dengan memanfaatkan tenaga hewan. Setelah dilakukan pembajakan kemudian ditambah pupuk organik pada lahan. Pemberian bahan organik atau pupuk organik pada lahan bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah selain itu menambah unsur hara sehingga menyuburkan tanaman dan Kegiatan selanjutnya yaitu membersihkan lahan dari OPT (Organisme Pengganggu Tanaman). membuat parit untuk mengatur pengairan setelah air tidak terlalu menggenang membuat jarak tanam dengan ukuran 25 cm – 30 cm.

4.    Penanaman
Proses penanaman padi dilakukan dengan sistem tanam tunggal dengan harapan tanaman yang ditanam dapat memperoleh sinar matahari secara optimum, mudah beradaptasi dan menyerap nutrisi dengan baik. Penanaman padi sistem tunggal ini jauh lebih fektif karena tanaman dapat tumbuh dnegan baik dan lebih optimal.

5.    Penyulaman

Penyulaman padi dengan metode SRI (System of Rice Intensification) dilakukan pada awal tanaman yang berusia sekitar 10 hari selama 2 – 3 kali dengan interval waktu 10 hari. Penyulaman ini dilakukan ketika tanaman ada yang tidak tumbuh . dilakukan sebanyak 2-3 kali dan interval 10 hari agar prtumbuhan tanaman dengan yang sebelumnya sama.

6.    Pengolahan Tanah Ringan
Tujuan pengolahan tanah ringan agar terjadinya pertukaran udara dalam tanah. Pengolahan tanah agar bahan organik yang berada di bawah terangkat ke atas dengan dibolak-balikan dan juga menggemburkan tanah untuk mempermudah dalam penanaman tanaman padi.

7.    Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk memberantas tanaman liar atau tanaman pengganggu (gulma) dengan cara mencabut gulma agar tidak terjadi persaingan antara gulma dengan padi dalam memperoleh zat hara dari tanah.

8.    Pemasukan dan Pengeluaran Air
   
Penggenangan sawah biasanya digenangi air setinggi 2 sampai dengan 5 cm dari permukaan tanah. Pengeringan sawah dilakukan untuk memperbaiki aerasi tanah, memacu pertumbuhan anakan, meningkatkan suhu dalam tanah, meningkatkan perombakan bahan organik oleh jasad renik, mencegah terjadinya busuk akar, serta mengurangi populasi berbagai hama.

9.    Pemupukan
     
Pemupukan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar biasanya menggunakan pupuk kandang atau kompos yang bertujuan pada vase vegetatif tanaman dan memberikan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan pemupukan susulan menggunakan pupuk kandang atau kompos dan pupuk organik cair buatan sendiri dan tujuan pemberian pupuk susulan yaitu untuk perkembangan pada vase generatif tanaman.

10.    Pemberantasan Hama dan penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan secara terpadu antara teknik budidaya, biologis, fisik dan pestisida hayati. Pemberantasan hama dan penyakit dilakuakan baik secara mekanik dan biasanya lebih pada pemberantasan secara alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia seperti pestisida kimia.
Contoh data aplikasi budidaya tanaman pangan dengan metode SRI  (System of Rice Intensification)
Rerata jumlah anakan maksimum (batang) padi dengan metode SRI (System of Rice Intensification)









(Yetti dan Ardian, 2010)
            Berdasarkan tabel terlihat bahwa jarak tanam mempengaruhi rerata jumlah anakan pada tanaman padi. Semakin besar jarak tanam semakin tinggi pula rerata jumlah anakan yang terbentuk. Hal ini terlihat pada jarak 40x40 cm dengan jumlah rerata anakan yaitu sebanyak 76,67. Hal ini dikarenakan jarak tanam yang digunakan mempengaruhi persaingan sinar matahari dan unsur hara. Jarak tanam yang lebar memiliki persaingan sinar matahari dan unsur hara yang kecil dibanding dengan jarak tanam yang rapat.
            Berdasarkan ringkasan di atas, teknologi budidaya tanaman padi metode SRI memiliki teknik-teknik yang mudah sehingga mampu diterapkan oleh petani serta dapat diterapkan pada lahan marginal dan lebih efisien. Selain itu, metode SRI mampu memberikan hasil produktivitas yang tinggi, berkualitas dan aman dikonsumsi oleh masyarakat karena produk yang dihasilkan sehat serta dapat berkelanjutan karena tidak menerapkan adanya penggunaan bahan kimia sama sekali.


Sumber :
Deptan. 2007. Pedoman Teknis Pengembangan Usahatani Padi Sawah Metode System of Rice Intensification (SRI). http://pustaka.litbang.deptan.go.id/bppi/lengkap/ plaptSRI07.pdf. Diakses tanggal 04 September 2013.

Lissa. 2012. Pertanian Organik-SRI. http://lissa-blogku.blogspot.com/2012/02/ pertanian-organik-sri.html. Diakses tanggal 04 September 2013.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatf dan Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.

Yetti, H dan Ardian. 2010. Pengaruh Penggunaan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Varietas IR 42 dengan Metode SRI (System of Rice Intensification). Sagu.9(1):21-27.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar